Tak bisa dibantah memang. Nama Mou harum melekat pada setiap sudut Stamford Bridge. Datang ke sana pada 2004, dalam waktu singkat, ia jadi tokoh paradoks, dicintai sekaligus dibenci. Karenanya sulit dilupakan publik London.
Dicintai karena ia bisa menghadirkan dua titel Liga Inggris, satu Piala FA dan dua Piala Carling. Raihan yang sangat sempurna bagi Chelsea setelah berpuluh-puluh tahun hampa. Dibenci, lantaran sikap dan ucapannya kontroversial, kadang arogan dan banyak membuat merah telinga pihak lain.
Namun, masa-masa menyenangkan Mourinho di Bridge berakhir pada awal musim 2007-08. Pria Portugal itu dipecat, dan pada awal musim 2008-09 ia pindah ke Italia untuk menangani Inter Milan.
Nah, untuk pertama kalinya sejak pergi, Mourinho akan kembali ke The Bridge. Bukan sebagai kawan yang akan reuni, tapi selaku lawan yang akan memimpin Inter meladeni The Blues.
Meski mengakui bahwa kariernya yang berusia dua tahun lebih di Chelsea sebagai saat-saat menyenangkan, Mourinho tak mau dihantui kenangan. Allenatore 47 tahun itu berjanji bersikap profesional. “Saya akan berada di sana dengan hati saya sepenuhnya untuk kedua tim. Itulah yang dilakukan sebagai profesional. Saya tak dapat menyembunyikan bahwa Chelsea adalah bagian penting dalam hidup saya,” kata Mourinho dikutip Reuters, Senin (15/3).
Mou mengklaim, duel ini bak sebuah partai kandang saja karena merasa Stamford Bridge sudah seperti rumahnya sendiri, yang dia yakini masih bertuah buatnya. Dia bahkan memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Stamford Bridge
“Semua orang tahu Mourinho tidak pernah kalah di Stamford Bridge. Itu luar biasa, kami (Chelsea) begitu tangguh untuk sekian lama. Belum pernah ada yang memenangi titel di tahun pertama. Tapi namaku tertulis dalam sejarah Chelsea,” kata Mourinho di The Sun..
Meski Chelsea yang kini ditangani Carlo Ancelotti juga punya rekor kandang lain yang tak kalah bagus, Mourinho tetap akan bermain ofensif dan berusaha menghancurkan rekor itu. “Aku selalu bermain untuk menang. Itulah, mengapa rekorku begitu luar biasa,” ketus Mourinho.
Adu taktik antara dua pelatih jenius ini akan menjadi sesuatu yang menarik untuk dicermati.
Reputasi kedua pelatih tidak bisa diragukan pihak manapun. Kehadiran Ancelotti ke Stamford Bridge menjadikan tim tersebut memiliki pola serangan yang mematikan, namun diimbangi pula oleh kuatnya benteng pertahanan khas Italia.
Sedangkan Mou yang berjuluk The Special One, terkesan lebih mementingkan hasil akhir ketimbang mengedepankan keindahan sepakbola. Berkat strategi ini pula Inter dikenal sebagai tim yang memainkan bola efektif. Kuat kala diserang dan tajam ketika melakukan serangan balik.
Sayangnya, Chelsea yang dituntut menang punya masalah besar. Kemenangan 1-0 memang sudah cukup meloloskan John Terry cs. Namun, mereka sedang didera hilangnya sejumlah pemain pilar. Titik paling rawan terletak di bawah mistar gawang. Kiper utama Chelsea, Petr Cecz dan kiper keduanya, Hillario dipastikan absen karena cedera. Maka dengan sangat terpaksa Ancelotti memasang kiper ketiga, Ross Turnbull
Kualitas Turnbull sangat diragukan mampu mengamankan gawang Chelsea dari serangan-serangan ganas penyerang Inter. Dia baru saja melakukan debutnya bersama Chelsea pekan lalu. Agak riskan memang, menurunkan kiper yang minim jam terbang, tetapi Ancelotti tidak memiliki pilihan lain.
Nah, sang rookie ini bakal dites dengan gempuran ganas dari penyerang kelas dunia seperti Samuel Eto’o, Diego Milito, dan tendangan jarak jauh “sniper” Wesley Sneijder. Bisa dibayangkan bagaimana skenarionya nanti.
Namun, selama tembok pertahanan awal The Blues yang dikomandani John Terry solid, kualitas kiper masih bisa diredam dari tengah. Masalahnya, mampukah Terry yang pada leg pertama beberapa kali kalah kalah duel dari Milito memperbaiki diri?
0 Komentar untuk "Jelang Chelsea vs Inter: Mourinho Berperang di Rumah Sendiri"